Sabtu, 08 Juni 2013

Wisata Londa , Toraja



Wisata Londa di Toraja merupakan wisata “ kuburan “ , karena di sana kita dapat menjumpai gua tempat di kuburkannya orang yang meninggal. Jaraknya sekitar 8 km dari kota Rante Pao.

Jalan masuk dari jalan raya menuju wisata Londa lebarnya  kecil , dan kurang mulus aspal jalannya , sehingga harus hati – hati apabila mengendarai mobil dan  bila berpapasan dengan mobil dari arah berlawanan , kita harus cari tempat untuk menepi , karena lebar jalan tidak memadai untuk dipakai dua jalur yang berlawanan.

Setelah tiba di kuburan tersebut kita dapat menyewa guide dan lampu untuk masuk ke dalam gua tersebut , guide akan menjelaskan sejarah kuburan dan adat istiadat yang berhubungan dengan kuburan tersebut. Karena wisatanya kuburan jadi agak malas berlama-lama di sini ,rasanya kurang nyaman saja.

Sedangkan di pelataran parkir  terdapat beberapa kios souvenir khas Toraja , apabila kita berminat dapat membeli dan membawanya pulang sebagai buah tangan khas Toraja.

Berikut foto-foto suasana di wisata Londa  , Rante Pao Toraja :

Tampak depan gua
Di depan gua " kuburan " Londa



Pintu gerbang menuju gua


Rabu, 05 Juni 2013

Wisata Ke’te Kesu Toraja



Perjalanan dari kota Rante Pao ke wisata Ke’te Kesu hanya sekitar 4  km , dari arah Rante Pao ke Makale kita belok ke kiri di bundaran patung kerbau , dari patung kerbau tersebut jaraknya sekitar 2.5 km saja , kalau dari arah sebaliknya maka kita harus belok kekanan.

Sayangnya jalan menuju ke sana  kurang terawat, banyak yang belum mulus jalan aspalnya  sehingga menggangu kenyamanan berkendara , apabila kita berpapasan dengan mobil lain harus hati-hati juga karena jalannya kecil , hanya pas  dua mobil saja.

Berikut foto-foto suasana di wisata Ke’te Kesu , Rante Pao Toraja :

Pemandangan dari luar komplek adat tongkonan di Ke'te Kesu

Rumah adat Tongkonan

Rumah adat Tongkonan

Pemandangan dari luar komplek adat tongkonan di Ke'te Kesu

Pemandangan dari luar komplek adat tongkonan di Ke'te Kesu


Kamis, 30 Mei 2013

Perjalanan ke Enrekang dan Toraja



Sabtu , 25 Mei 2013 hari  masih pagi ketika kami bergegas pergi  memulai perjalanan menuju Tana Toraja , jam menunjukan Pk 05.45 wita saat keluar perumahan tempat kami tinggal.
Perjalanan pertama  yang kami tuju adalah kota Pare-Pare , kota ini memang dilewati apabila kita menuju ke tana toraja , dan kota ini sengaja kami pilih untuk tempat pemberhentian kami untuk istirahat , maklum kami bawa 2 anak kami yang berusia 9 dan 4.5 tahun.
Perjalanan dari Makassar ke Pare- Pare kami tempuh dalam waktu 3 jam 15 menit , waktu tempuh lebih cepat dari biasanya yang 4 jam karena kami berangkat pagi dan tidak menemui kemacetan , mungkin karena hari libur nasional jadi aktivitas di jalanan tidak terlalu ramai.

Di Pare- Pare kami mampir di Pantai Mattirotasi , menghirup udara pantai sejenak ,dan berfoto ria .

Pantai Mattirotasi Pare-Pare

Pantai Mattirotasi Pare-Pare

Pantai Mattirotasi Pare-Pare
Setelah kami rasa cukup perjalanan kemudian kami lanjutkan , tujuan selanjutnya adalah Kabupaten Enrekang , dan yang pasti kami tuju adalah pemandangan Gunung Nona  / Gunung  Buttu Kabobong.
Kami makan siang di temani pemandangan Gunung Nona / Gunung Buttu Kabobong  , pemandangan yang indah dan sepertinya kami betah berlama-lama menikmati pemandangan indahnya, tak lupa juga kami menikmati wisata foto dengan latar Gunung Nona.


Gunung Nona / Gunung Buttu Kabobong
Gunung Nona / Gunung Buttu Kabobong

Gunung Nona / Gunung Buttu Kabobong

Kami tiba di Rante Pao , Toraja tepat Pk 14.40 Wita , kami langsung istirahat di hotel yang sudah kami pesan , sejam kemudian kami lanjutkan untuk melihat-lihat kota Rante pao, cuaca agak mendung  ketika kami tiba di pasar rante pao , dan tidak alam kemudian hujan turun dengan derasnya.

Suasana kota Rante Pao , Toraja di sore hari

Saat hujan turun kami sempatkan saja masuk ke toko souvenir  di sepanjang jalan pasar rante pao , lumayan souvenir  disini harganya cukup miring ,  tapi kalau kita belum paham harganya kita juga bisa tertipu , karena ada beberapa barang yang bisa kita dapat lebih murah di toko  souvenir  di jalan Somba Opu Makassar.

Sabtu, 11 Mei 2013

Takziah



Selasa , 7 Mei  2103 saya menghadiri takziah ditetangga komplek rumah , ada tetangga meninggal dunia dan ini adalah takziah hari pertama di rumahnya.
Takziah didefinisikan seperti silaturahmi atau kunjungan untuk belasungkawa , menghibur orang yang kesusahan, menyatakan berduka cita.
Di Makassar dan sekitarnya  , di mana sy berdomisili takziah bagi umat  muslim adalah kegiatan atau aktivitas  yang dijumpai apabila ada kematian ( manusia ), pada  siang hari  acara pemakaman jenasah , sedangkan malam harinya diadakan acara takziah.

Biasanya acara ini di isi dengan ceramah agama oleh seorang ulama / ustad, lalu diakhiri mendoakan orang yang meninggal tersebut. Isi ceramah biasanya seputar kematian , dimana penceramah selalu mengingatkan akan kematian / meninggal dunia . Setiap manusia pasti mati entah kapan yang pasti akan mati. Kematian itu tidak bisa ditebak datangnya yang terpenting apakah kita sudah siap mati ?

Penceramah  juga mengingatkan agar keluarga yang ditinggalkan melepaskan atau merelakan kepergian  anggota keluarga yang meninggal tersebut.

Kamis, 25 April 2013

Jalur Bersepeda

Kalau anda tinggal didaerah Jalan Daeng Tata atau Jalan Melengkeri Makassar , ada jalur sepeda yang biasa saya  lalui jika bersepeda dipagi atau sore hari, total jaraknya sekitar 6 -7 km.

Apabila ada di Jl. Daeng Tata atau Jl. Melengkeri kita menuju atau masuk ke Jl. Daeng Tata III, setelah itu kita teruskan perjalanan  hingga ditikungan sungai Jeneberang , lalu naik tanggul disamping sungai , disini kita bersepeda diatas tanggul sekitar 1,5 km, kita akan tiba di Bendungan Karet dan bisa di jadikan tempat istirahat untuk minum.

Di Bendungan kita bisa istirahat dan dan melihat - lihat keindahan sungai Jeneberang, banyak masyarakat sekitar memanfaatkan area bendungan ini sebagai tempat rekreasi. Setelah istirahat kita lanjutkan perjalanan melewati kawasan Benteng Somba Opu , kita dapat berkeliling ditempat ini . Setelah itu dilanjutkan menuju jembatan ke arah Jalan Abdul Kadir , melewati Jalan Abdul Kadir dan kembali ke Jalan Daeng Tata Raya.


Rabu, 17 April 2013

Senja di Pantai Bira



 Tidak mantap rasanya bila berada  di Makassar tapi tidak ke Pantai Bira , setelah perjalanan ke air terjun Bisappu Bantaeng enaknya di lanjutkan ke tempat wisata selanjutnya yaitu Pantai Bira di Kabupaten Bulukumba , jarak tempuh menuju Pantai Bira dari Air terjun  Bisappu Bantaeng sekitar 2 jam.

Perjalanan Bantaeng – Bulukumba  sekitar 1 jam sangat menyenangkan karena jalan porosnya sudah bagus sehingga nyaman berkendara  ( April 2013 )  dan juga sepanjang pinggir  jalan kita dapat menikmati pemandangan laut. 

Dari Bulukumba kita melanjutkan perjalanan ke Pantai Bira melalui jalan poros Bulukumba – Pantai Bira sekitar 1 jam juga , di jalan poros ini kita dapat singgah di tempat pembuatan perahu phinisi  ( perahu layar ) , tetapi karena terbatas waktu maka tidak sempat untuk singgah, kami hanya melihat sepintas saja tempat tersebut.


Selamat datang di Pantai Bira , gapura yang menandakan kalau kami sudah tiba di tujuan , kami berempat di kenakan tariff masuk Rp 20.000,-  tanpa karcis masuk. Untuk penginapan mudah sekali mendapatkannya , dari tariff 200 ribu sampai 500 ribu , untungnya kami kesana bukan saat liburan sekolah  sehingga banyak penginapan yang bisa kami tempati.











Jarak tempat   kami menginap ke pantai sekitar 20 m , jadi dekat sekali ke pantai. Pantainya bersih dan pasirnya putih , pasirnya itu lembut sekali seperti tepung dan yang luar biasa walau panas terik tetapi saat kami telanjang kaki tidak berasa panas, pasirnya  dingin alias tidak panas kena matahari.

Banyak penawaran wisata di Pantai Bira , dari banana boat , snorkling, diving bawah laut , dan berenang dengan penyu , tapi kami hanya mencoba banana boat saja , sekedar hiburan menantang  untuk keluarga, banana boat sendiri  di kenakan biaya 100 ribu rupiah untuk satu banana boat.
Sayang sekali kami tidak dapat menikmati sunset , awan tebal melindungi matahari terbenam , yang kami dapat hanya cakrawala senja saja.


Bermalam di Pantai Bira dan bukan pada saat liburan ternyata aneh juga , tempat wisata tersebut pada malam hari  tidak begitu ramai , hanya segelintir orang saja yang ada disana selain penduduk setempat, jadi lebih menarik di kamar hotel saja.

Jadi ……, kapan anda singgah ke tempat ini ?